ILMU DAN IMAN SEBAGAI LANDASAN BER AMAL
Oleh : INDRA JAYA KUSUMA
Pemuda dan terkhususnya
pelajar adalah harapan bangsa. Di tangan merekalah baik dan buruknya suatu
bangsa. Ketika mereka baik maka baiklah bangsa itu, dan sebaliknya ketika
mereka buruk maka tinggal menunggu kehancuran saja.
Pelajar sebagai aset bangsa
yang berharga harus mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai kalangan.
Mulai dari pendidikan yang layak, mengajarkan moral dan akhlak, dan
keteladanan. Pelajar adalah harapan bangsa.
Kuantitas yang besar tidak
berarti mengalahkan kualitas. Artinya, jumlah pelajar yang banyak disuatu
negeri tidaklah bernilai apa-apa ketika tidak ada sedikit sekali yang berkarya,
mandiri, profesional, serta berakhlak tinggi. Menurut saya kehadirannya
setidaknya memenuhi dua syarat. Pertama, kehadirannya tidak menimbulkan
masalah. Kedua, kehadirannya memberikan manfaat dan solusi bagi sesama.
Imam Syafi’i mengatakan :
“Hidupnya pemuda itu adalah karena dua hal. Pertama, ilmu. Kedua, taqwa.
Jikalau kedua hal itu tidak dimilikinya, maka pemuda itu sesungguhnya adalah
mati.” Dari pernyataan diatas, menurut Imam Syafi’i ada dua hal mutlak yang
harus dimiliki oleh para pemuda terkhususnya pelajar, yaitu ilmu dan taqwa.
Bagaimana halnya, jika hanya salah satu yang dimiliki? Realita menjawab,
lahirnya seseorang yang setengah manusia. Pelajar yang seperti ini belum
memenuhi kriteria pelajar harapan bangsa. Pelajar yang berilmu tapi tidak
berakhlak dan bertakwa akan menghasilkan Fir’aun Fir’aun baru. Hal ini menjadi
permasalahan besar. Takwa tanpa ilmu adalah omong kosong, ketakwaan lahir dari
pemahaman yang dalam dan jelas.
Menuntut ilmu adalah itu
kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dan tidak ada batasan
umur dalam menuntut ilmu. Sebagaimana Rasulullah menegaskan, “Tuntutlah ilmu
dari ayunan hingga liang lahat.” (HR. Muslim)
Lebih dalam tentang ilmu,
sebuah pepetah Arab berbunyi, “Al Ilmu Nur”. Dalam bahasa Indonesia
artiya “Ilmu itu adalah cahaya”. Cahaya adalah penerah dalam kegelapan,
itulah hakikat ilmu. Pelajar yang sudah pasti berilmu menjadi satu-satunya
harapan bagi bangsa kita. Dengan ilmu yang dimilikinya , diharapkan mampu
membawa bangsanya menjadi bangsa yang “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun
Ghaffur” bangsa yang aman dan makmur dibawah lindungan Allah SWT.
Disamping berilmu pelajar juga harus bertakwa kepada Allah SWT. Kalaulah ilmu telah menerangi kegelapan di alam semesta, agar mampu menerangi celah dan lorong di bumi dan dirasakan terangnya oleh setiap makhluk, maka harus diterangi takwa.
Pelajar harus senantiasa
bersiap dan siap. Pelajar harus menyadari bahwa ada empat hal yang harus ada
pada diri kita. Ke empat hal itu adalah iman, ikhlas, semangat, dan amal.
Itulah karakter utama pelajar. Pelajar yang baik selalu mengealuasi dirinya.
Sudahkah kita mempunyai iman yang kuat, ikhlas, senantiasa bersemangat, dan
melakukan amal kebajikan dalam berbagai aktifitas. Dalam mengintrospeksi diri,
kita harus tahu hal-hal berikut : Pertama, dasar keimanan pada diri adalah
nurani yang menyala. Kedua, dasar keikhlasan adalah hati yang takwa. Ketiga,
dasar semangat adalah perasaan yang bergelora. Keempat, dasar amal adalah
kemauan yang kuat. Introspeksi diri adalah langkah solutif dan prestasif. Orang
yang selalu memuhasabah dirinya, maka ia aan mengenal dirinya, maka ia akan
mengenal Tuhannya. Bagnya ada dua keuntungan spesial :
Pertama, terhindar dari
propaganda barat yang dengan sengaja melumpuhkan pelajar-pelajar saat ini.
Lihat saja narkoba, pergaulan bebas, pacaran, dan lain-lain. Bangsa barat
berlomba melumpuhkan pelajar-pelajar kita.
Kedua, termotivasi untuk
selalu memperbaiki diri. Introspeksi diri mendidik untuk berjiwa pembelajar. “Kenalilah
dirimu, maka kamu akan mengenal Tuhanmu.”
Menjadi pelajar yang baik ,
tentu saja tidak mudah, karena harus mengalami proses yang panjang. Maka dari
itu, pelajar sekarang harus memiliki beberapa faktor penting, harus bener-benar
berilmu dan berguna bagi masyarakat sekita. Selain itu sebagai pelajar
seharusnya kita berpikir perihal masa depan, bahwa zaman yang akan datang akan
akan banyak perubahan. Misalnya, pergaulan, kecanggihan teknologi, dan
sebagainya.
Agar kita menjadi pelajar
berkualitas, untuk masa depan kita, kita harus belajar dengan sebaik-baiknya.
Dan tentu tanpa meninggalkan perintah Allah SWT. Dan tetap bekerja keras untuk
menggapai cita-cita, serta dibarengi doa, karena doa adalah senjata bagi orang
muslim. Doa juga otaknya ibadah bagi yang melakukannya, seperti di jelaskan
dalam kitab Lubab Al-hadits karya Jalal Aldin Al Suyuti Rosulullah SAW bersabda
“doa itu otaknya ibadah”. (HR. Tirmidzi)
Jika hal ini kita sudah
lakukan dengan sebaik-baiknya, maka insyaallah kita akan mudah menjawab pertanyaan
kita tentang bagaimana masa depan kita nanti. Kita sebagai makhluk sosial pasti
membutuhkan ilmu, karena Rosulullah SAW bersabda “siapa yang mengharapkan
kehidupan dunia, maka hendaknya ia berilmu. Siapa yang mengharapkan kehidupan
akhirat, maka hendaknya dia berilmu. Dan siapa yang mengaharapkan kedua-duanya
maka hendaknya dia berilmu.” Inilah pentingnya ilmu sebagai alat utama
untuk meraih kebahgiaan dunia dan akhirat.
Ungkapan “pelajar yang
berkarya” memaknai pelajar yang berkarya itu sebagai pelajar yang didalam
dirinya mengandung beberapa hal : berilmu dan bermanfaat bagi sesama.
Mendatangkan kebaikan bagi orang banyak, baik bagi diri sendiri, masyarakat,
dan sebagainya.
Selain bermanfaat dengan
karya nya, pelajar harus memiliki keluasan ilmu, dibarengi dengan dukungan dari
berbagai pihak. Seperti orang tua, sahabat, dan guru serta dengan segala
prasarana yang dimiliki.
Walaupun pendidikan formal
atau pendidikan di bangku sekolah itu sangat penting. Namun, berkarya diluar
bangku sekolah juga sangat penting. Banyak pelajar yang sukses berkary diluar
bangku sekolah. Bagaimana dengan saat ini, banyak yang mendapatkan pendidikan
formal memadai, namun banyak yang tidak bermanfaat bagi orang lain. Kebanyakan
melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya sekalipun.
Kesuksesan tidak selamanya
menyertai perjalanan manusia. Ada kalanya sukses itu mudah diraih. Ada
seringnya sukses sangat sulit digapai. Dan tak jarang gagal sering mewarnai
perjalanan kita. Dalam hal merealisasikan program kerja misalnya. Banyak sekali
tantangan yang terjadi, mulai dari sisi dana, pengalaman, sulitnya sumber daya
manusia, serta sulitnya mendapan kepercayaan dari berbagai pihak. Kita sebagai
pelajar harus memiliki hati yang kuat, harus siap untuk kecewa “daripada
menghindar persiapkan dirimu”. Bila kita kecewa jadikan itu sebagai
kekuatan, kita sering bertemu orang yang takut mencoba sesuatu yang baru, yanga
dalam banyak kasus penyebabnya adalah kecewa. Mereka khawatir akan melakukan
kesalahan ataupun ditolak, maka dari itu kuatan hati untuk siap kecewa dan
jadikan kekecewaan itu sebagai kekuatan untuk terus melanjutkan karya kita
terutama dalam berorganisasi.
Jadilah pelajar yang
memilih gelombang, yang banyak sekali guncangan namun sangat kokoh dan meluas.
Jangan memilih seperti gelembung yang stagnan, tetap diposisinya, tenang, akan
tetapi rentan untuk meletus dan hancur. Jadilah kader yang kokoh.
Mengenai proses berkarya
ini, tentu kita sebagai pelajar butuh bekal awal yakni memiliki mental yang
tinggi untuk menhadapi dunia luar, dengan menumbuhkan jiwa kepemimpinan
misalnya, ini merupakan cara mengembangkan mental kita agar lebih berani
menghadapi masyarakat diluar sana, pada dasarnya dalam diri kita itu tertanam
jiwa pemimpin, tapi untuk mewujudkannya terkadang kita masih ragu bahkan takut.
Mungkin dalam diri kita
berfikir bahwa yang memimpin itu identik yang tua, tidak. Hancurkan paradigma
jahiliyah ini, justru yang muda lah yang harusnya memimpin. Generasi muda
khususnya pelajar seperti kita ini masih memiliki keberanian yang segar dan
energik. Seperti halnya peristiwa Rengas Dengklok golongan muda lah yang
beraksi, yang memiliki keberanian. Pelajar khususnya daya nalarnya masih
tinggi, fikirannya belum terkontaminasi akan hal-hal buruk yang ada disekitar.
Masa muda juga adalah waktu yang tepat untuk berkarya sebaik mungkin.
Sebagai pelajar, ilmu
merupakan bekal utama kita dalam berkarya nyata, dalam roda organisasi IPM ini
misalnya, kita butuh pelajar yang menggunakan ilmunya dalam bertindak, tidak
hanya bermodal pengetahuan yang di karang sendiri. Berfikir yang cerdas dalam
bertindak tentu harus dilakukan, buktikan bahwa kita pelajar yang terpelajar.
Dalam mewujudkan suatu karya banyak sekali pertimbangan keilmuan yang harus di
kembangkan, terutama manfaat dan mudharatnya bagi kita semua.
Perencanaan suatu tindakan
seyogya nya tersusun rapi, agar roda organisasi tidak tumpang tindih, dan
berlainan argumen. Inilah salah satu manfaat keilmuan dalam organisasi,
sebagaimana rapinya kita dalam menyusun suatu tindakan. Dari perencanaan,
menyusun bentuk gerakan, pembentukan personel, pendanaan, penyatuan pemikiran,
serta goal setting kegiatan. Semua harus di rancang dengan ilmu bukan, agar
tetap tersusun rapi suatu kegiatan. Dan yang harus di utamakan dengan adanya
suatu semangat kebersamaan, sebagaimana yang di usung dalam kegiatan kami di
Lampung Timur.
Suatu karya kita sebagai
pelajar sangat banyak, dalam berbagai aspek kehidupan. Dari segi moral,
pendidikan, sosial, dan keagamaan. Semua sangat memerlukan peran pelajar di
dalamnya, kita sebagai kelompok pencari ilmu pastilah dibutuhkan.
Dalam hal ini saya
menyoroti aspek sosial, sebagai pelajar kita juga makhluk sosial. Sekarang ini
tingkat kesadaran masyarakat terhadap hal-hal yang baik, justru mulai acuh
dengannya, setidaknya kita sebagai memanfaat kan hal tersebut sebagai ladang
dakwah kita untuk mengajak sedikitnya satu orang untuk diajak memperbaiki pola
pikir yang salah tersebut. Dengan hal ini, maka ada dua manfaat bagi kita dan
orang lain. Pertama, kita bisa menggerakkan dakwah kita sebagai pelajar dan
mebagikan ilmu kita terhadap orang lain. Kedua, orang yang kita ajak merasakan
manfaat dari kita sehingga bertekat untuk merubah diri serta mengajak yang lain
pula. Banyak sekali manfaat tersebut dengan ilmu kita bisa mengajak kebaikan
mulai dari yang terkecil, untuk langkah konkret lainnya bisa kita kondisikan
sesuai kondisi masyarakat sekeliling kita.
Kalau-kalau di masyarakat
masih belum bisa, kita mulai dilingkungan sekolah kita, dari temn-teman kita
dan lainnya bisa kita ajak memperbaiki moral. Dakwah melalui diri sendiri,
dengan perlahan mengajak orang lain.
Kegiatan karya nyata kita
sebagai pelajar setidaknya ada dampaknya bagi masyarakat sekitar, walaupun dari
hal terkecil pun asal bermanfaat, untuk apa ragu melaksanakan. Kita mulai dari
yang terkecil untuk kemudian menjadi besar.
Sebagai pelajar yang
pastinya ber ilmu banyak sekali kesempatan kita dalam beramal. Maka manfaatkan
sebaik mungkin, kita pelajar punya nilai tersendiri di mata masyarakat dari
ilmu yang kita miliki, maka dari itu jadilah pelajar yang pembelajar dan
terpelajar.
Sebagai seorang aktivis
dalam organisasi IPM kita tercinta ini marilah tunjukkan kerja nyata kita dalam
ber-IPM jangan hanya menjadi aktivis saja, melainkan bekerja lah untuk gerakan
kita, denga segenap karya kita.
Negara kita sangat
membutuhkan kita dimasa depan. “Wahai pelajar. Selagi sang surya masih
memancarkan sinarnya di ufuk timur. Singsingkan lengan bajumu. Ambil perahumu.
Dayungkan ketengah-tengah lautan. Bila patah dayungmu, dayungkan tanganmu.
Robek layarmu, buka bayumu kau ganti layar. Patah sampanmu, berenanglah arungi
lautan. Asalkan dapat apa yang kalian cita-citakan. Yakni mencapai ridho Allah
SWT.”
Jangan patah semangat para
kader militan, semua fase kehidupan pasti naik turun tapi tetaplah istiqomah
dijalanmu. Untuk IPM kita...
Margosim, Ali. 2007. “Pemuda
pilih gelombang atau gelembung”
www.mahasiswait.blog.undip.ac.id
Rais, Amien. 2007. “Selamatkan
Indonesia.”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Taufiqurrahman, 2005. Shiroh
Nabawiyah. Solo: Era Intermedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar