Senin, 06 September 2021

ILMU DAN IMAN SEBAGAI LANDASAN BER AMAL

 

ILMU DAN IMAN SEBAGAI LANDASAN BER AMAL

Oleh : INDRA JAYA KUSUMA

Pemuda dan terkhususnya pelajar adalah harapan bangsa. Di tangan merekalah baik dan buruknya suatu bangsa. Ketika mereka baik maka baiklah bangsa itu, dan sebaliknya ketika mereka buruk maka tinggal menunggu kehancuran saja.

Pelajar sebagai aset bangsa yang berharga harus mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai kalangan. Mulai dari pendidikan yang layak, mengajarkan moral dan akhlak, dan keteladanan. Pelajar adalah harapan bangsa.

Kuantitas yang besar tidak berarti mengalahkan kualitas. Artinya, jumlah pelajar yang banyak disuatu negeri tidaklah bernilai apa-apa ketika tidak ada sedikit sekali yang berkarya, mandiri, profesional, serta berakhlak tinggi. Menurut saya kehadirannya setidaknya memenuhi dua syarat. Pertama, kehadirannya tidak menimbulkan masalah. Kedua, kehadirannya memberikan manfaat dan solusi bagi sesama.

Imam Syafi’i mengatakan : “Hidupnya pemuda itu adalah karena dua hal. Pertama, ilmu. Kedua, taqwa. Jikalau kedua hal itu tidak dimilikinya, maka pemuda itu sesungguhnya adalah mati.” Dari pernyataan diatas, menurut Imam Syafi’i ada dua hal mutlak yang harus dimiliki oleh para pemuda terkhususnya pelajar, yaitu ilmu dan taqwa. Bagaimana halnya, jika hanya salah satu yang dimiliki? Realita menjawab, lahirnya seseorang yang setengah manusia. Pelajar yang seperti ini belum memenuhi kriteria pelajar harapan bangsa. Pelajar yang berilmu tapi tidak berakhlak dan bertakwa akan menghasilkan Fir’aun Fir’aun baru. Hal ini menjadi permasalahan besar. Takwa tanpa ilmu adalah omong kosong, ketakwaan lahir dari pemahaman yang dalam dan jelas.

Menuntut ilmu adalah itu kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dan tidak ada batasan umur dalam menuntut ilmu. Sebagaimana Rasulullah menegaskan, “Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga liang lahat.” (HR. Muslim)

Lebih dalam tentang ilmu, sebuah pepetah Arab berbunyi, “Al Ilmu Nur”. Dalam bahasa Indonesia artiya “Ilmu itu adalah cahaya”. Cahaya adalah penerah dalam kegelapan, itulah hakikat ilmu. Pelajar yang sudah pasti berilmu menjadi satu-satunya harapan bagi bangsa kita. Dengan ilmu yang dimilikinya , diharapkan mampu membawa bangsanya menjadi bangsa yang “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghaffur” bangsa yang aman dan makmur dibawah lindungan Allah SWT.

Disamping berilmu pelajar juga harus bertakwa kepada Allah SWT. Kalaulah ilmu telah menerangi kegelapan di alam semesta, agar mampu menerangi celah dan lorong di bumi dan dirasakan terangnya oleh setiap makhluk, maka harus diterangi takwa.

Pelajar harus senantiasa bersiap dan siap. Pelajar harus menyadari bahwa ada empat hal yang harus ada pada diri kita. Ke empat hal itu adalah iman, ikhlas, semangat, dan amal. Itulah karakter utama pelajar. Pelajar yang baik selalu mengealuasi dirinya. Sudahkah kita mempunyai iman yang kuat, ikhlas, senantiasa bersemangat, dan melakukan amal kebajikan dalam berbagai aktifitas. Dalam mengintrospeksi diri, kita harus tahu hal-hal berikut : Pertama, dasar keimanan pada diri adalah nurani yang menyala. Kedua, dasar keikhlasan adalah hati yang takwa. Ketiga, dasar semangat adalah perasaan yang bergelora. Keempat, dasar amal adalah kemauan yang kuat. Introspeksi diri adalah langkah solutif dan prestasif. Orang yang selalu memuhasabah dirinya, maka ia aan mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya. Bagnya ada dua keuntungan spesial :

Pertama, terhindar dari propaganda barat yang dengan sengaja melumpuhkan pelajar-pelajar saat ini. Lihat saja narkoba, pergaulan bebas, pacaran, dan lain-lain. Bangsa barat berlomba melumpuhkan pelajar-pelajar kita.

Kedua, termotivasi untuk selalu memperbaiki diri. Introspeksi diri mendidik untuk berjiwa pembelajar. “Kenalilah dirimu, maka kamu akan mengenal Tuhanmu.”

Menjadi pelajar yang baik , tentu saja tidak mudah, karena harus mengalami proses yang panjang. Maka dari itu, pelajar sekarang harus memiliki beberapa faktor penting, harus bener-benar berilmu dan berguna bagi masyarakat sekita. Selain itu sebagai pelajar seharusnya kita berpikir perihal masa depan, bahwa zaman yang akan datang akan akan banyak perubahan. Misalnya, pergaulan, kecanggihan teknologi, dan sebagainya.

Agar kita menjadi pelajar berkualitas, untuk masa depan kita, kita harus belajar dengan sebaik-baiknya. Dan tentu tanpa meninggalkan perintah Allah SWT. Dan tetap bekerja keras untuk menggapai cita-cita, serta dibarengi doa, karena doa adalah senjata bagi orang muslim. Doa juga otaknya ibadah bagi yang melakukannya, seperti di jelaskan dalam kitab Lubab Al-hadits karya Jalal Aldin Al Suyuti Rosulullah SAW bersabda “doa itu otaknya ibadah”. (HR. Tirmidzi)

Jika hal ini kita sudah lakukan dengan sebaik-baiknya, maka insyaallah kita akan mudah menjawab pertanyaan kita tentang bagaimana masa depan kita nanti. Kita sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan ilmu, karena Rosulullah SAW bersabda “siapa yang mengharapkan kehidupan dunia, maka hendaknya ia berilmu. Siapa yang mengharapkan kehidupan akhirat, maka hendaknya dia berilmu. Dan siapa yang mengaharapkan kedua-duanya maka hendaknya dia berilmu.” Inilah pentingnya ilmu sebagai alat utama untuk meraih kebahgiaan dunia dan akhirat.

Ungkapan “pelajar yang berkarya” memaknai pelajar yang berkarya itu sebagai pelajar yang didalam dirinya mengandung beberapa hal : berilmu dan bermanfaat bagi sesama. Mendatangkan kebaikan bagi orang banyak, baik bagi diri sendiri, masyarakat, dan sebagainya.

Selain bermanfaat dengan karya nya, pelajar harus memiliki keluasan ilmu, dibarengi dengan dukungan dari berbagai pihak. Seperti orang tua, sahabat, dan guru serta dengan segala prasarana yang dimiliki.

Walaupun pendidikan formal atau pendidikan di bangku sekolah itu sangat penting. Namun, berkarya diluar bangku sekolah juga sangat penting. Banyak pelajar yang sukses berkary diluar bangku sekolah. Bagaimana dengan saat ini, banyak yang mendapatkan pendidikan formal memadai, namun banyak yang tidak bermanfaat bagi orang lain. Kebanyakan melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya sekalipun.

Kesuksesan tidak selamanya menyertai perjalanan manusia. Ada kalanya sukses itu mudah diraih. Ada seringnya sukses sangat sulit digapai. Dan tak jarang gagal sering mewarnai perjalanan kita. Dalam hal merealisasikan program kerja misalnya. Banyak sekali tantangan yang terjadi, mulai dari sisi dana, pengalaman, sulitnya sumber daya manusia, serta sulitnya mendapan kepercayaan dari berbagai pihak. Kita sebagai pelajar harus memiliki hati yang kuat, harus siap untuk kecewa “daripada menghindar persiapkan dirimu”. Bila kita kecewa jadikan itu sebagai kekuatan, kita sering bertemu orang yang takut mencoba sesuatu yang baru, yanga dalam banyak kasus penyebabnya adalah kecewa. Mereka khawatir akan melakukan kesalahan ataupun ditolak, maka dari itu kuatan hati untuk siap kecewa dan jadikan kekecewaan itu sebagai kekuatan untuk terus melanjutkan karya kita terutama dalam berorganisasi.

Jadilah pelajar yang memilih gelombang, yang banyak sekali guncangan namun sangat kokoh dan meluas. Jangan memilih seperti gelembung yang stagnan, tetap diposisinya, tenang, akan tetapi rentan untuk meletus dan hancur. Jadilah kader yang kokoh.

Mengenai proses berkarya ini, tentu kita sebagai pelajar butuh bekal awal yakni memiliki mental yang tinggi untuk menhadapi dunia luar, dengan menumbuhkan jiwa kepemimpinan misalnya, ini merupakan cara mengembangkan mental kita agar lebih berani menghadapi masyarakat diluar sana, pada dasarnya dalam diri kita itu tertanam jiwa pemimpin, tapi untuk mewujudkannya terkadang kita masih ragu bahkan takut.

Mungkin dalam diri kita berfikir bahwa yang memimpin itu identik yang tua, tidak. Hancurkan paradigma jahiliyah ini, justru yang muda lah yang harusnya memimpin. Generasi muda khususnya pelajar seperti kita ini masih memiliki keberanian yang segar dan energik. Seperti halnya peristiwa Rengas Dengklok golongan muda lah yang beraksi, yang memiliki keberanian. Pelajar khususnya daya nalarnya masih tinggi, fikirannya belum terkontaminasi akan hal-hal buruk yang ada disekitar. Masa muda juga adalah waktu yang tepat untuk berkarya sebaik mungkin.

Sebagai pelajar, ilmu merupakan bekal utama kita dalam berkarya nyata, dalam roda organisasi IPM ini misalnya, kita butuh pelajar yang menggunakan ilmunya dalam bertindak, tidak hanya bermodal pengetahuan yang di karang sendiri. Berfikir yang cerdas dalam bertindak tentu harus dilakukan, buktikan bahwa kita pelajar yang terpelajar. Dalam mewujudkan suatu karya banyak sekali pertimbangan keilmuan yang harus di kembangkan, terutama manfaat dan mudharatnya bagi kita semua.

Perencanaan suatu tindakan seyogya nya tersusun rapi, agar roda organisasi tidak tumpang tindih, dan berlainan argumen. Inilah salah satu manfaat keilmuan dalam organisasi, sebagaimana rapinya kita dalam menyusun suatu tindakan. Dari perencanaan, menyusun bentuk gerakan, pembentukan personel, pendanaan, penyatuan pemikiran, serta goal setting kegiatan. Semua harus di rancang dengan ilmu bukan, agar tetap tersusun rapi suatu kegiatan. Dan yang harus di utamakan dengan adanya suatu semangat kebersamaan, sebagaimana yang di usung dalam kegiatan kami di Lampung Timur.

Suatu karya kita sebagai pelajar sangat banyak, dalam berbagai aspek kehidupan. Dari segi moral, pendidikan, sosial, dan keagamaan. Semua sangat memerlukan peran pelajar di dalamnya, kita sebagai kelompok pencari ilmu pastilah dibutuhkan.

Dalam hal ini saya menyoroti aspek sosial, sebagai pelajar kita juga makhluk sosial. Sekarang ini tingkat kesadaran masyarakat terhadap hal-hal yang baik, justru mulai acuh dengannya, setidaknya kita sebagai memanfaat kan hal tersebut sebagai ladang dakwah kita untuk mengajak sedikitnya satu orang untuk diajak memperbaiki pola pikir yang salah tersebut. Dengan hal ini, maka ada dua manfaat bagi kita dan orang lain. Pertama, kita bisa menggerakkan dakwah kita sebagai pelajar dan mebagikan ilmu kita terhadap orang lain. Kedua, orang yang kita ajak merasakan manfaat dari kita sehingga bertekat untuk merubah diri serta mengajak yang lain pula. Banyak sekali manfaat tersebut dengan ilmu kita bisa mengajak kebaikan mulai dari yang terkecil, untuk langkah konkret lainnya bisa kita kondisikan sesuai kondisi masyarakat sekeliling kita.

Kalau-kalau di masyarakat masih belum bisa, kita mulai dilingkungan sekolah kita, dari temn-teman kita dan lainnya bisa kita ajak memperbaiki moral. Dakwah melalui diri sendiri, dengan perlahan mengajak orang lain.

Kegiatan karya nyata kita sebagai pelajar setidaknya ada dampaknya bagi masyarakat sekitar, walaupun dari hal terkecil pun asal bermanfaat, untuk apa ragu melaksanakan. Kita mulai dari yang terkecil untuk kemudian menjadi besar.

Sebagai pelajar yang pastinya ber ilmu banyak sekali kesempatan kita dalam beramal. Maka manfaatkan sebaik mungkin, kita pelajar punya nilai tersendiri di mata masyarakat dari ilmu yang kita miliki, maka dari itu jadilah pelajar yang pembelajar dan terpelajar.

Sebagai seorang aktivis dalam organisasi IPM kita tercinta ini marilah tunjukkan kerja nyata kita dalam ber-IPM jangan hanya menjadi aktivis saja, melainkan bekerja lah untuk gerakan kita, denga segenap karya kita.

Negara kita sangat membutuhkan kita dimasa depan. “Wahai pelajar. Selagi sang surya masih memancarkan sinarnya di ufuk timur. Singsingkan lengan bajumu. Ambil perahumu. Dayungkan ketengah-tengah lautan. Bila patah dayungmu, dayungkan tanganmu. Robek layarmu, buka bayumu kau ganti layar. Patah sampanmu, berenanglah arungi lautan. Asalkan dapat apa yang kalian cita-citakan. Yakni mencapai ridho Allah SWT.”

Jangan patah semangat para kader militan, semua fase kehidupan pasti naik turun tapi tetaplah istiqomah dijalanmu. Untuk IPM kita...

Margosim, Ali. 2007. “Pemuda pilih gelombang atau gelembung”

www.mahasiswait.blog.undip.ac.id

Rais, Amien. 2007. “Selamatkan Indonesia.”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Taufiqurrahman, 2005. Shiroh Nabawiyah. Solo: Era Intermedia


Sabtu, 09 Februari 2019

Pelatihan Kader Taruna Melati 1 Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Pekalongan Dengan Tema '' Mencetak Kader Dengan Semangat Integritas, Ilmu dan Amal Sehingga terwujud Kader Yang Berkualitas''


Pelatihan Kader Taruna Melati 1 pc ipm pekalongan dimulai dari tanggal 7-9 Februari 2019 di desa siraman. Acara ini berlangsung 3 hari 2 malam yang di ikuti oleh pimpinan ranting se pekalongan dan kedatangan peserta tamu yang sangat istimewa dari Lampung utara, Jumlah semua peserta kurang lebih 25 peserta. Acara ini di hadiri langsung oleh ketua Umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah Lampung Timur Kakanda M.Faris Hamdan beserta jajarannya dan juga tidak kalah penting keluarga besar Muhammadiyah desa Siraman dan Keluarga besar Muhammadiyah Pekalongan. Ketua Umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah Pekalongan Ipmawan Indra Jaya Kusuma mengutip dalam sambutannya ''Acara ini mengambil tema Mencetak Kader Dengan Semangat Integritas, Iman, Ilmu dan Amal Sehingga terwujud Kader yang Berkualitas mengapa mengambil tema tersebut karena kita di cabang merasa kita ini masih kekurangan kader maka dari itu saya berharap semoga dengan adanya acara ini nanti muncul generasi-generasi penerus saya dan kawan-kawan di cabang pekalongan".

Dokumentasi Pembukaan















Dokumentasi Kegiatan